Konektivitas Kawasan Wisata Pulau Derawan Dengan Kawasan Wisata Bulungan
Berwisata ke Kawasan Wisata Pulau Derawan dari Bulungan Terasa Lebih Dekat dan Lebih Beragam Objek Wisatanya
INFRASTRUKTUR transportasi dan konektivitas merupakan faktor penting dalam mendukung pariwisata di Kalimantan Utara.
Aksesbilitas transportasi yang menghubungkan sejumlah objek wisata yang satu dengan yang lain, akan menjadi magnet yang kuat menarik kunjungan wisatawan. Apalagi keterhubungan itu terintegrasi dengan destinasi kawasan wisata favorit yang dikenal luas wisatawan. Keterhubungan Inilah yang disebut dengan konektivitas.
Implementasi konektivitas antar kawasan wisata tidak boleh terhalang oleh batas wilayah adminitrasi, praktiknya memungkinkan melintasi sekat- sekat wilayah tersebut. Karena pada dasarnya, pembangunan kawasan wisata semata-mata demi kesejahteraan masyarakat.
Misalnya, kawasan wisata pulau Derawan yang berada di wilayah Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur. Objek wisata ini cukup terkenal baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Jika dibandingkan kawasan wisata maritim lainnya di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, bisa dikatakan Kawasan Pulau Derawan adalah lokasi wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan .
Secara geografis, posisi kawasan wisata Pulau Derawan itu sangat dekat dengan bagian Timur Kabupaten Bulungan. Bisa dikatakan, secara alam, kawasan ini sudah terhubung langsung melalui jalur laut. Jaraknya hanya 33 Kilometer (KM) atau 20 mil dari batas bibir pantai Mangkupadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur.
Persoalannya, infrastruktur untuk akses transportasi dari dan ke kawasan tersebut melalui Kabupaten Bulungan (Tanjung Selor hingga Tanjung Palas Timur ) belum ada sama sekali. Padahal, penunjang konektivitas di wilayah ini sudah sangat terbuka dan sudah memiliki akses jalan. Tinggal bagaimana kualitas jalan itu ditingkatkan dan tersedia armada transportasi yang memadai.
Selama ini, pembangunan Tanjung selor hingga Tanjung Palas Timur tidak diarahkan untuk pengembangan kawasan wisata, tapi lebih pada kawasan industri pertambangan dan perkebunan. Padahal jika pemerintah daerah mau mengembangkan wilayah itu menjadi kawasan wisata, kegiatan investasi di wilayah itu dapat diarahkan mendukung konektivitas kawasan wisata dimaksud.
Pertanyaannya, kenapa konektivitas itu begitu penting bagi Bulungan dan Kaltara? Karena keterhubungan dengan kawasan pulau Derawan akan menjadi levarage (dayak ungkit) dan trigger (pemicu) bagi perkembangan kawasan wisata di Bulungan.
Konektivitas itu memungkinkan ratusan ribu wisatawan dari kawasan wisata Pulau Derawan memiliki akses untuk berkunjung ke Bulungan. Atau, ratusan ribu wisatawan yang menuju Pulau Derawan dapat memilih Tanjung Selor sebagai jalur masuk dan keluar kawasan tersebut.
Disamping itu, konektivitas kedua kawasan wisata itu, sudah pasti menjadi daya tarik dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke kedua kawasan tersebut. Karena para wisatawan akan menikmati jenis wisata yang lebih beragam dan lebih luas. Dibanding, selama ini mereka hanya menikmati jenis wisata bahari di kawasan pulau Derawan.
Implementasi gagasan ini hanya soal komitmen dan “political will” Pemkab Bulungan dan Pemprov Kaltara saja.
Lagi pula, pembangunan kawasan wisata dan askses konektivitas di Kabupaten Bulungan tidak akan bersinggungan dan bersentuhan dengan urusan administrasi wilayah dan kewenangan Pemkab Berau. Bulungan dan Kaltara hanya membangun infrastruktur wilayahnya saja. Tidak sedikitpun menyentuh Kawasan Wisata Pulau Derawan. Titik beratnya hanya pada pembangunan kawasan wisata di Bulungan. Mulai dari Tanjung Selor hingga perbatasan Tanjung Palas Timur. Bulungan hanya menfasilitasi aksesbilitas dan armada transportasi dari Mangkupadi ke dan dari Derawan.
Pertimbangannya seperti ini, jarak dari Bandara Tanjung Selor ke dermaga penyeberangan Desa Mangkupadi itu hanya 65 KM. Kemudian dari Mangkupadi ke Pulau Derawan berjarak 40 KM atau 25 Mil. Jarak ini bisa semakin dekat jika jalan pinggir pantai Mangkupadi ke perbatasan dengan Tanjung Batoe dibangun.
Sedangkan, jarak dari Bandara Tanjung Redep ke penyeberangan Tanjung Batoe sekitar 62 KM. Tanjung Batoe ke Pulau Derawan berjarak 16 KM atau 10 mil. Jadi perbedaan hanya 32 KM saja. Betul, jarak itu menunjukan dari Tanjung Redep – Pulau Derawan lebih dekat dibandingkan Tanjung Selor- Pulau Derawan. Tetapi jarak itu tidak terlalu besar hingga ratusan kilometer..
Di sinilah potensi pengembangan konektivitas itu. Pertama, perbedaan jarak itu bisa disiasati dengan membangun infrastruktur jalan( Higway) yang lurus dan lebar, sehingga jarak tempuh dari Tanjung Selor ke kawasan Pulau Derawwan akan lebih cepat.
Kedua, bukankah desa-desa sepanjang perjalanan dari Tanjung Selor hingga perbatasan pinggir laut Bulungan- Berau itu menyimpan potensi wisata yang luar biasa. Mulai dari wisata budaya hingga wisata maritim.
Maka itu, penting oleh pemerintah daerah agar desa-desa di kawasan itu didorong menjadi desa wisata, seperti halnya Desa Metun Sajau yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Wisatawan dapat menikmati wisata budaya khas suku Dayak, seperti atraksi budaya, pentas seni dan kerajinan ukiran Dayak (kriya) mulai dari desa Jelarai, Desa Tengkapak, Desa Apung, Desa Sajau Pura, Desa Metun Sajau hingga Desa Binai. Kemudian, Desa Tanah kuning dan Desa Mangku Padi dapat dikembangkan sebagai lokasi wisata maritim, dan sebagai transit bagi wisatawan dari dan ke pulau Derawan. Oleh karena itu, dermaga dan armada (Kapal Cepat) penyeberangan modern harus dibangun di wilayah ini. Jalur yang multi akses objek wisata inilah yang menjadi keunggulan Bulungan, yang sepertinya tidak dimiliki bila wisatawan menempuh perjalanan dari dan ke Tanjung Redep-Pulau Derawan.
Bandara Tanjung Harapan yang terkoneksi penerbangan dari Jakarta dan Balikpapan merupakan support yang sangat besar untuk merealisasikan konektivitas itu. Dimana Bandara Tanjung Selor menjadi salah satu pilihan akses masuk dan keluar wisatawan tersebut.
Dengan adanya konektivitas kawasan wisata pulau Derawan dan Kawasan Wisata Bulungan, otomatis akan meningkatkan daya tarik dan prestige Kota Tanjung Selor sebagai pusat pemerintahan Provinsi Kalimantan Utara. Serta, dapat menjadi basis promosi dan pengembangan potensi wisata daerah lainnya di Kaltara.
Kabupaten Berau pun diuntungkan dengan konektivitas itu. Kunjungan wisatawan ke kawasan Pulau Derawan pasti meningkat, otomatis akan meningkatkan PAD Kabupaten Berau.
Bersambung bagian 2 disini
Oleh Tommy Manggus