Olahraga Tradisional dan Sport Tourism
Pengurus Komite Olahraga Tradisional dan Rekreasi (KORMI) Kalimantan Utara (Kaltara) dilantik bulan Maret 2021 lalu. Yansen TP yang juga Wakil Gubernur Kaltara didaulat sebagai Ketua.
Olahraga tradisional yang selama ini terabaikan, mulai mendapat tempat di hati masyarakat Kaltara. Kabupaten dan kota terlihat mulai berlomba menata pembinaan dan pengembangan sejumlah cabang olahraga KORMI di daerahnya masing masing.
Namun, terlepas pembinaan olahraga KORMI itu diarahkan untuk mengangkat nama daerah di kancah regional dan nasional , yang perlu diingat adalah jangan sampai pengurus organisasi terjebak pada ambisi dan superiority kompetisi , yang ukurannya juara dan medali, seperti halnya orientasi pembinaan olahraga prestasi.
Meski sama -sama dapat dikelola secara profesional dan terencana , olahraga prestasi dan tradisional – rekreasi dibawah KORMI memiliki tujuan yang berbeda. Keberhasilan pembinaan olahraga prestasi memang dibentuk melalui kompetisi yang ketat dengan tolak ukur pencapaian medali atau peringkat juara.
Sementara, tujuan olahraga KORMI lebih pada pengembangan budaya, kegemaran dan hiburan masyarakat. Ukuran prestasi olahraga KORMI sangat sederhana, yakni lestari. Selama olahraga itu konsisten dipertunjukan, semakin banyak masyarakat menggemarinya dan terhibur menyaksikannya, disitulah letak keberhasilan dan prestasi pengurusnya.
Misal, pengembangan cabang olahraga balap perahu tradisional. Walapun KORMI Kaltara tidak mempersembahkan medali dan juara pada Festival Olahraga Rekreasi Masyarakat Nasional (Fornas), tetapi konsistensi Kaltara dalam menyelengarakan even- event dan festival balap perahu tradisional yang atraktif dan spektakuler di daerah, merupakan prestasi yang patut dibanggakan.
Mengukur keberhasilan pembinaan olahraga tradisional dan rekreasi berdasarkan target juara dan medali hanya akan melahirkan antitesis tujuan pembinaan itu sendiri , seperti arogansi, ego sektoral, dan materialisme atlet dan pengurus. Sering kali karena ingin mengejar juara dan target medali, pengursu menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan nilai nilai budaya dan filosofi olahraga tradisional.
Akibatnya, KORMI hanya fokus pada cabang olahraga yang dikompetisikan dan yang memiliki peluang memperoleh medali saja, sedangkan cabang olahraga tradisional identitas daerah lainnya malah terabaikan. Lebih parahnya lagi , hanya karena ingin memperoleh medali, pengurus pun menggunakan cara intans dan curang, seperti membeli atlet luar daerah dan menyogok perangkat pertandingan
Ambisi dan praktik kotor seperti itulah yang harus dihindarkan dari pembinaan cabang olahraga KORMI di daerah. Orientasi pengurus haru s fokus hanya pada upaya melestarikan , memasyarakatkan dan memeriahkan pertunjukan olahraga tradisional dan rekreasi itu di daerah.
Seni Pertunjukan dan Sport Tourisme
Penyelenggaraan kompetisi pada olahraga KORMI sesungguhnya tak lebih hanya seni pertunjukan dan hiburan semata, yakni dalam rangka menarik kegemaran dan kemeriahan untuk menyaksikannya. Lihatlah di Jepang, bagaimana pertandingan olahraga tradisional seperti Sumo, Kendon dan pertunjukan olahraga tradisional lainnya selalu menjadi pentunjukan yang diminati dan dinanti-nantikan masyarakat, dihadiri ribuan penonton baik lokal dan mancanegara.
Para peserta yang tampil berusaha menghibur menunjukan permainan dan performance terbaik mereka di hadapan masyarakat. Kemenangan bukan tujuan, melainkan rasa bangga dapat menjadi bagian dari keberlangsungngan tradisi dan budaya bangsa sendiri Jika pun kemudian menang dan mendapat uang, itu tidak lebih hanya sebagai bonus dari usaha terbaik mereka.
Keteguhan Jepang dalam melestarikan tradisi budayanya mengajarkan kita bahwa pengembangan olahraga tradisional itu harus berangkat dari komitmen kita memperkuat jati diri bangsa.
Warisan budaya dan kearifan lokal adalah elemen penting dari olahraga tradisional dan rekreasi. Menggali tradisi budaya daerah dan memanfaatkan potensi alam Kaltara membuat olahraga tradisional itu akan memiliki keunikan dan identitas lokal yang dapat menjadi andalan pengembangan sport tourism di Kaltara.
Olahraga tradisional harus menjadi tuan rumah di daerah sendiri. Ia harus mendapat apresiasi dan perhatian luas dari masyarakat. Untuk mewujudkan hal itu , cabang olahraga yang dikembangkan haruslah olahraga yang berbasis kearifan lokal , keunikan daerah, tradisi budaya dan potensi alam yang ada di daerah.
Baca Juga : Ragam Kuliner Khas Dayak
Menemukan dan menggali potensi kearifan lokal inilah menjadi salah satu tugas dan tanggung jawab KORMI kaltara. Wisata olahraga berbasis kearifan lokal tidak saja memiliki daya tarik bagi destinasi sport tourism tetapi juga dapat membangkitkan ekonomi dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat.
Kemenparekraf pernah mengatakan bahwa wisata olahraga merupakan tren pariwisata baru yang memiliki pasar cukup besar. Di Indonesia, pertumbuhannya bisa mencapai hampir Rp18,790 triliun sampai dengan tahun 2024.
Kaltara memiliki segalanya, bentangan Sungai, hutan, gunung, laut dan pantai adalah infrastruktur alam yang dapat di manfaatkan menjadi destinasi wisata. Misalnya, aliran Sungai Kayan yang membelah Kota Tanjung Selor dan Tanjung Palas, meski selama ini sering digunakan sebagai lintasan balap perahu tradisional, namun potensi sport tourism belum pernah dikembangkan dan dimaksimalkan.
Kemudian ada arung jeram yang banyak terdapat di pedalaman Kaltara, salah satunya di Lumbis pansiangan yang perlu disinergikan dalam program KORMI. Atau olahraga petualangan alam lainnya seperti triatlon, lintas alam, mendaki gunung, paralayang dan lain sebagainya yang bisa digali dan dikembangkan oleh KORMI kaltara.
Apalagi kondisi pandemi saat ini, trend wisata mulai bergeser ke arah sport tourism atau aktivitas rekreasi petualangan alam terbuka. Aspek kebugaran dan kesehatan, termasuk Penerapan Protokol kesehatan CHSE ( cleanliness, health, safety, and environmental sustainability ) pada industri pariwisata menjadi alasan utama masyarakat memilih mengunjungi sebuah destinasi wisata .
Pandemi ini juga setidaknya mendorong kita untuk banyak melahirkan inovasi dan kreatifitas dalam penyelengaraan dan pertunjukan event event sport tourisme di daerah yang lebih atraktif, amplikatif dan promotif di daerah. (*)
Baca Juga : Wisata Konservasi Bekas Tambang